Ketika Arsenal Memburu Roh Daya Saing

150 1024x576 - Ketika Arsenal Memburu Roh Daya Saing

QQHOK – Seberapa lama Freddie Ljungberg akan bertahan sebagai manajer caretaker di Arsenal? Entahlah, tapi saya amat yakin umur kepelatihannya di The Gunners tidak akan lebih panjang dari Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United. Kenapa? Karena ia bukan tipe persona pencari jiwa daya saing atau pembangkit mental kemenangan. Ljungberg sosok dengan kualitas bagus, tapi bukan figur yang tepat.

Penulis adalah pemerhati Arsenal yang sudah lama meyakini bahwa Unai Emery tidak dapat mengisi sepatu Arsene Wenger di klub asal London Utara itu dengan nyaman. Dengan persaingan superketat di Liga Premier dalam 15 tahun terakhir, dibutuhkan seorang pelatih yang bisa bekerja ekstra cepat dan langsung memperlihatkan kemenangan-kemenangan yang meyakinkan, bukan dari sebuah cara bermain yang pragmatis dan hanya mementingkan skor akhir.

Wenger butuh waktu dua tahun untuk meraih trofi pertamanya di Arsenal, tapi pria asal Strasbourg datang di era saat reformasi manajemen dan revolusi gaya bermain di divisi utama Inggris belum terjadi. Persaingan yang renggang pada akhir 90-an membuat The Professor, julukan Wenger, tidak sulit meramu gaya permainan baru dengan nafas sepak bola kontinental yang sarat umpan pendek guna merajai Premier League.

Situasi berubah drastis ketika di sekitar 2004 investasi besar revolusioner Roman Abramovich di Chelsea membuka keran impor pemain top dari seluruh dunia dan menginsipirasi lahirnya cara-cara instan baru dalam membentuk klub-klub elite anyar di daratan Inggris. So, tidaklah lagi cukup resep lokal plus ditambah beberapa pilar asal Prancis saja untuk membuat Arsenal terus memenangi persaingan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *